• Tentang Kami
  • Redaksi
  • Iklan & Kerjasama
  • Kontributor
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Kontak
Tuesday, December 16, 2025
Majalahnarasi.id
Advertisement
  • Berita Pendidikan
  • Peristiwa
  • Pemerintahan
    • Bandar Lampung
    • Lampung Barat
    • Lampung Selatan
    • Lampung Tengah
    • Lampung Timur
    • Lampung Utara
    • Mesuji
    • Metro
    • Pesawaran
    • Pringsewu
    • Tanggamus
    • Tulang Bawang
    • Tulang Bawang Barat
  • Beasiswa & Karir
  • Kesehatan & Psikologi
  • Komunitas & Event
  • Lainnya
    • Literasi & Budaya
    • Multimedia
    • Riset & Opini
    • Teknologi Pendidikan
    • Tips Belajar & Ujian
No Result
View All Result
  • Berita Pendidikan
  • Peristiwa
  • Pemerintahan
    • Bandar Lampung
    • Lampung Barat
    • Lampung Selatan
    • Lampung Tengah
    • Lampung Timur
    • Lampung Utara
    • Mesuji
    • Metro
    • Pesawaran
    • Pringsewu
    • Tanggamus
    • Tulang Bawang
    • Tulang Bawang Barat
  • Beasiswa & Karir
  • Kesehatan & Psikologi
  • Komunitas & Event
  • Lainnya
    • Literasi & Budaya
    • Multimedia
    • Riset & Opini
    • Teknologi Pendidikan
    • Tips Belajar & Ujian
No Result
View All Result
Majalahnarasi.id
No Result
View All Result
Home Pemerintahan Bandar Lampung

Muhammad Alfariezie Guncang Dunia Sastra Lampung: “Anak Didik Tanpa Negara” Bongkar Krisis Moral Pendidikan Daerah

by Shifa Yuhananda
October 20, 2025
in Bandar Lampung
Muhammad Alfariezie Guncang Dunia Sastra Lampung: “Anak Didik Tanpa Negara” Bongkar Krisis Moral Pendidikan Daerah
585
SHARES
3.3k
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

MAJALAH NARASI— Dunia sastra Indonesia kembali digemparkan oleh puisi kritis penyair muda asal Bandar Lampung, Muhammad Alfariezie, yang berjudul “Anak Didik Tanpa Negara”. Karya ini menampilkan potret kegelisahan mendalam terhadap krisis moral dan tata kelola pendidikan di tingkat daerah, sekaligus menyuarakan protes terhadap penyalahgunaan kekuasaan yang merugikan generasi muda.

Dengan gaya satir yang tajam dan protes langsung, Alfariezie menyoroti bagaimana pejabat publik dapat mengabaikan tanggung jawab negara terhadap pendidikan, memperlakukan aset dan anggaran publik sebagai milik pribadi, dan mengorbankan anak-anak sebagai korban kebijakan yang timpang. Puisi ini tidak hanya menjadi ekspresi pribadi penyair, melainkan juga menjadi cermin realitas sosial-politik Lampung dan simbol ketimpangan kuasa yang terjadi di berbagai daerah.


Isi dan Pesan Puisi

“Anak Didik Tanpa Negara” dibuka dengan baris yang mengejutkan:

Berita Lainnya

Ketegangan di Kementerian Kehutanan: Hutan Tenang, Krisis Menggantung

Poltekkes Tanjungkarang Dorong Kesehatan dan Ekonomi Warga Bernung

DPRD Bandar Lampung Soroti Kebijakan Dana Hibah Tanpa Kajian

Tiap mendengar pendidikan,
saya terkenang pelanggar
undang-undang. Dia wali kota
selama hidup, saya takkan lupa.

Baris ini menegaskan keterkaitan antara pendidikan dan pelanggaran hukum — sebuah sindiran keras terhadap pejabat publik yang mengkhianati misi pendidikan. Selanjutnya, Alfariezie menyoroti kesewenangan pejabat:

Dia pikir negara ini milik
keluarga dan semua warga
bodoh semua.

Dengan diksi tegas dan administratif-birokratis, penyair menekankan bahwa penguasa yang jumawa dapat memperlakukan rakyat sebagai objek, bukan subjek pembangunan, dan menjadikan pendidikan alat legitimasi kekuasaan.

Baris lainnya, “Bukan hanya anggaran dan aset / negara ancamannya tapi murid / yang bisa gagal tak berijazah”, menunjukkan dimensi kemanusiaan dari kritik Alfariezie. Pendidikan, yang semestinya menjadi hak dasar anak, justru dirampas karena ambisi pribadi pejabat.


Konteks Sosial dan Latar Belakang

Puisi ini lahir dari krisis integritas di bidang pendidikan daerah, terutama saat pejabat publik menggunakan kekuasaan untuk kepentingan pribadi atau kelompok. Bandar Lampung menjadi latar sosial karya ini, sebagai simbol paradoks antara idealisme pendidikan dan praktik kekuasaan yang timpang.

Dari perspektif sosiologi sastra, Alfariezie menampilkan puisi sebagai alat kritik sosial. Setiap baris memuat simbol moral dan politik, menyoroti konflik vertikal antara penguasa dan masyarakat, dan menegaskan posisi moral penyair yang berpihak pada rakyat, khususnya generasi muda yang menjadi korban kebijakan tidak adil.


Gaya Bahasa dan Diksi Sosial

Alfariezie menggunakan realisme satir, dengan diksi lugas dan tegas. Kata-kata seperti “pelanggar undang-undang,” “wali kota,” “anggaran kota,” dan “ijazah” menunjukkan bahwa puisi ini ingin menegaskan realitas sosial dan politik Lampung secara gamblang. Gaya ini menempatkan puisi bukan hanya sebagai karya estetis, tetapi sebagai dokumen moral zaman, mengekspresikan kemarahan sosial terhadap penyalahgunaan kekuasaan di sektor pendidikan.


Fungsi Sosial dan Moral

Puisi “Anak Didik Tanpa Negara” berfungsi sebagai catatan perlawanan kultural. Muhammad Alfariezie menempatkan dirinya sebagai “saksi moral” yang berbicara untuk mereka yang tak memiliki suara — anak didik yang menjadi korban sistem pendidikan yang timpang.

Melalui karya ini, pembaca diajak merenungkan dampak kebijakan lokal terhadap pendidikan dan integritas moral pejabat publik. Karya ini menegaskan bahwa kekuasaan tanpa moral akan melahirkan generasi tanpa masa depan, dan pendidikan tanpa perhatian negara menjadi sia-sia.


Analisis Sosiologi Sastra

Menurut teori sosiologi sastra Wellek & Warren (1956), karya sastra merupakan hasil interaksi antara kreativitas individu dan kondisi sosial masyarakatnya. “Anak Didik Tanpa Negara” merepresentasikan fungsi sosial sastra: menyuarakan kritik terhadap ketimpangan, penyalahgunaan wewenang, dan ketidakadilan.

Puisi ini menghadirkan relasi kuasa yang jelas antara negara, pejabat, dan rakyat kecil, dan menekankan bahwa pendidikan adalah hak dasar yang harus dilindungi dari kepentingan pribadi pejabat. Gaya realisme satir memungkinkan pembaca melihat realitas sosial-politik Lampung secara nyata, sekaligus menumbuhkan kesadaran moral.

“Anak Didik Tanpa Negara” karya Muhammad Alfariezie adalah karya sosiologis dan politis yang mengguncang dunia sastra Lampung. Menggabungkan kritik sosial, analisis politik, dan pesan moral, puisi ini menjadi alat transformasi kesadaran masyarakat. Ia menunjukkan bahwa sastra tidak hanya untuk estetika, tetapi juga sebagai instrumen pengawasan moral dan sosial, mengingatkan publik akan tanggung jawab negara terhadap pendidikan dan generasi muda.***

Source: ALFARIEZIE
Tags: AnakDidikTanpaNegaraKrisisPendidikanMuhammadAlfariezieRealismeSatirSastraIndonesia
Previous Post

Wakil Gubernur Lampung Jihan Nurlela Dukung Kesehatan Mental Anak Berkebutuhan Khusus melalui Kegiatan Blossom CIMSA-Unila

Next Post

Gema Puan Soroti 10% Kegagalan Pemerintahan Prabowo: Tiga Isu Krusial yang Mendesak Evaluasi

Shifa Yuhananda

Shifa Yuhananda

Related Posts

Ketegangan di Kementerian Kehutanan: Hutan Tenang, Krisis Menggantung
Bandar Lampung

Ketegangan di Kementerian Kehutanan: Hutan Tenang, Krisis Menggantung

by Melda
December 15, 2025
Poltekkes Tanjungkarang Dorong Kesehatan dan Ekonomi Warga Bernung
Bandar Lampung

Poltekkes Tanjungkarang Dorong Kesehatan dan Ekonomi Warga Bernung

by Melda
December 15, 2025
DPRD Bandar Lampung Soroti Kebijakan Dana Hibah Tanpa Kajian
Bandar Lampung

DPRD Bandar Lampung Soroti Kebijakan Dana Hibah Tanpa Kajian

by Melda
December 15, 2025
Golkar Lampung Hadapi Sorotan dan Polemik Jelang Musda Bandar Lampung
Bandar Lampung

Golkar Lampung Hadapi Sorotan dan Polemik Jelang Musda Bandar Lampung

by Melda
December 15, 2025
Anggaran BOSDA Bandar Lampung Bertambah, Komisi 4 Soroti Kebutuhan Sekolah
Bandar Lampung

Anggaran BOSDA Bandar Lampung Bertambah, Komisi 4 Soroti Kebutuhan Sekolah

by Melda
December 14, 2025
Next Post
Gema Puan Soroti 10% Kegagalan Pemerintahan Prabowo: Tiga Isu Krusial yang Mendesak Evaluasi

Gema Puan Soroti 10% Kegagalan Pemerintahan Prabowo: Tiga Isu Krusial yang Mendesak Evaluasi

Recommended

10 Cara Belajar Efektif yang Terbukti Bikin Nilai Melejit

10 Cara Belajar Efektif yang Terbukti Bikin Nilai Melejit

September 23, 2025
Eva Dwiana–Eka Afriana dan “Buah Terlarang” SMA Siger, Ketika Aturan Negara Diabaikan Layaknya Kisah Siti Hawa

Eva Dwiana–Eka Afriana dan “Buah Terlarang” SMA Siger, Ketika Aturan Negara Diabaikan Layaknya Kisah Siti Hawa

November 16, 2025

Categories

  • Bandar Lampung
  • Beasiswa & Karir
  • Berita Pendidikan
  • Kesehatan & Psikologi
  • Komunitas & Event
  • Lampung Barat
  • Lampung Selatan
  • Lampung Tengah
  • Lampung Timur
  • Lampung Utara
  • Literasi & Budaya
  • Metro
  • Multimedia
  • Pemerintahan
  • Peristiwa
  • Pesawaran
  • Pringsewu
  • Riset & Opini
  • Tanggamus
  • Teknologi Pendidikan
  • Tips Belajar & Ujian
  • Tulang Bawang
  • Uncategorized

Don't miss it

Edwin Apriandi Daftar Calon Ketua PWI Lampung Selatan 2026–2029
Lampung Selatan

Edwin Apriandi Daftar Calon Ketua PWI Lampung Selatan 2026–2029

December 15, 2025
Ketegangan di Kementerian Kehutanan: Hutan Tenang, Krisis Menggantung
Bandar Lampung

Ketegangan di Kementerian Kehutanan: Hutan Tenang, Krisis Menggantung

December 15, 2025
Graduasi Mandiri PKH Pringsewu 2025 Dorong Kemandirian Keluarga
Pringsewu

Graduasi Mandiri PKH Pringsewu 2025 Dorong Kemandirian Keluarga

December 15, 2025
Poltekkes Tanjungkarang Dorong Kesehatan dan Ekonomi Warga Bernung
Bandar Lampung

Poltekkes Tanjungkarang Dorong Kesehatan dan Ekonomi Warga Bernung

December 15, 2025
Jalan Pagelaran Utara Masuk Program APBN 2026
Pringsewu

Jalan Pagelaran Utara Masuk Program APBN 2026

December 15, 2025
DPRD Bandar Lampung Soroti Kebijakan Dana Hibah Tanpa Kajian
Bandar Lampung

DPRD Bandar Lampung Soroti Kebijakan Dana Hibah Tanpa Kajian

December 15, 2025
Majalahnarasi.id

© 2025 - Majalahnarasi.id

No Result
View All Result
  • Berita Pendidikan
  • Peristiwa
  • Pemerintahan
    • Bandar Lampung
    • Lampung Barat
    • Lampung Selatan
    • Lampung Tengah
    • Lampung Timur
    • Lampung Utara
    • Mesuji
    • Metro
    • Pesawaran
    • Pringsewu
    • Tanggamus
    • Tulang Bawang
    • Tulang Bawang Barat
  • Beasiswa & Karir
  • Kesehatan & Psikologi
  • Komunitas & Event
  • Lainnya
    • Literasi & Budaya
    • Multimedia
    • Riset & Opini
    • Teknologi Pendidikan
    • Tips Belajar & Ujian

© 2025 - Majalahnarasi.id