MAJALAH NARASI– Semangat nasionalisme Bung Karno kembali digaungkan di Lampung melalui kolaborasi antara dua tokoh pemuda setempat, Ketua Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI) Zulfahmi Hasan Azhari dan Ketua DPD Generasi Muda Buddhis Indonesia (Gemabudhi) Lampung, Deddy Wijaya Chandra. Pertemuan keduanya menekankan pentingnya peran pemuda dalam merawat persatuan, mengawal pembangunan daerah, dan menanamkan nilai kebangsaan di tengah dinamika nasional dan regional yang semakin kompleks.
Deddy Wijaya Chandra menekankan bahwa PA GMNI, sebagai organisasi yang berakar pada ideologi Bung Karno, memiliki posisi strategis dalam menghidupkan wacana kebangsaan di kalangan pemuda Lampung. “PA GMNI dengan pakem nasionalisme Bung Karno patut didengar gagasan dan pendapatnya. Forum ini harus menjadi awal dari pertemuan yang lebih luas, melibatkan organisasi kepemudaan lainnya seperti Ansor, Peradah, Pemuda Muhammadiyah, Pemuda Katolik, GMKI, Gemapakti, dan berbagai elemen pemuda lain di Lampung,” tegas Deddy.
Menurut Deddy, kolaborasi lintas organisasi sangat penting untuk meredam perbedaan, membangun semangat gotong royong, dan memperkuat pondasi sosial di Lampung yang heterogen. Ia menilai, Lampung akan lebih maju jika pemuda lintas agama dan organisasi bersatu dalam membangun daerah serta menjaga keutuhan bangsa. “Pemuda harus menjadi motor penggerak perubahan, tidak hanya dalam wacana, tetapi juga aksi nyata,” ujarnya.
Senada, Zulfahmi Hasan Azhari menyatakan bahwa inisiatif Deddy membuka ruang diskusi lintas organisasi merupakan contoh konkret penerapan semangat nasionalisme Bung Karno. “Pertemuan ini membuktikan bahwa pemuda Lampung masih memiliki jiwa nasionalis, pandangan luas, dan kepedulian terhadap bangsa serta daerah. Inisiatif ini harus menjadi contoh bagi pemuda lain untuk aktif terlibat dalam pembangunan daerah,” kata Zulfahmi.
Zulfahmi menambahkan bahwa PA GMNI dan Gemabudhi sepakat mendukung program kerja pemerintah, baik dari inisiatif daerah maupun turunan pusat, asalkan berpihak pada rakyat. “Kami menolak pembangunan yang hanya menguntungkan segelintir orang. Semangat gotong royong Bung Karno harus menjadi roh setiap kebijakan. Pemuda harus berada di garda terdepan menjaga nilai tersebut,” tegasnya.
Lebih lanjut, keduanya menekankan bahwa nasionalisme bukan sekadar jargon. Pemuda Lampung harus mewujudkannya dalam aksi nyata melalui kolaborasi antarorganisasi, menjaga persatuan, dan mengawal kebijakan publik agar benar-benar menyentuh kebutuhan rakyat. Mereka juga menekankan pentingnya pemuda sebagai penggerak pembangunan yang responsif terhadap perubahan sosial, ekonomi, dan politik di daerah.
Pertemuan antara Zulfahmi dan Deddy ini diharapkan menjadi titik awal terbentuknya forum pemuda Lampung yang lebih besar dan inklusif, mempertemukan berbagai organisasi pemuda dari latar belakang agama, sosial, dan budaya yang berbeda. Dengan inspirasi dari semangat Bung Karno, pemuda Lampung diyakini mampu menjadi motor penggerak pembangunan sekaligus benteng kebangsaan, menjaga persatuan dan kedaulatan di tengah tantangan global dan lokal yang semakin kompleks.***
 
	    	 
                                






 
							






