MAJALAH NARASI– Di bawah kepemimpinan Kepala Lapas Kelas IIA Kalianda, Beni Nurrahman, lembaga pemasyarakatan ini terus menunjukkan langkah progresif dalam mewujudkan transformasi pemasyarakatan yang aman, produktif, dan humanis. Berbagai inovasi dan capaian strategis yang diimplementasikan selaras dengan Program Akselerasi Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan (Kemenimipas) 2025, menjadikan Lapas Kalianda sebagai salah satu satuan kerja unggulan yang mampu mempertahankan zona integritas di tingkat nasional.
1. Perang Total Melawan Narkoba dan Penipuan
Lapas Kalianda menerapkan prinsip zero tolerance terhadap narkoba dan tindak kejahatan penipuan. Sistem pengawasan diperketat dengan razia gabungan bersama aparat TNI–Polri, deteksi dini terhadap potensi gangguan keamanan, serta kontrol ketat terhadap barang masuk. Strategi ini berhasil menciptakan lingkungan pembinaan yang aman, bersih, dan bebas dari pengaruh narkoba, sekaligus membangun budaya integritas tinggi di antara warga binaan.
2. Ketahanan Pangan dan Kemandirian Warga Binaan
Inovasi dalam pengelolaan lahan produktif di Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE) membawa dampak nyata bagi ketahanan pangan lokal. Warga binaan berhasil menanam sayuran, membudidayakan ikan air tawar, serta menanam tanaman herbal yang kemudian dipanen secara rutin. Tidak hanya memenuhi kebutuhan internal, hasil panen ini juga berkontribusi pada ketahanan pangan masyarakat di sekitar Lapas, membuktikan bahwa pembinaan produktif bisa menjadi motor ekonomi lokal.
3. UMKM Kreatif dari Balik Jeruji
Semangat “dari balik jeruji, lahir karya berdaya” diwujudkan melalui pengembangan UMKM warga binaan. Produk unggulan seperti madu trigona, kerajinan kayu, tapis Lampung, hingga hasil budidaya ikan kini mulai dikenal luas melalui kerja sama dengan pelaku UMKM setempat. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan keterampilan warga binaan, tetapi juga membuka peluang ekonomi yang berkelanjutan setelah mereka bebas.
4. Kepedulian Sosial untuk Masyarakat Sekitar
Lapas Kalianda aktif menebar manfaat bagi masyarakat melalui kegiatan sosial rutin, seperti Jumat Berbagi, pemberian paket sembako, dan bantuan kemanusiaan. Program ini menunjukkan bahwa pemasyarakatan bukan sekadar membina warga binaan, tetapi juga menumbuhkan nilai-nilai kemanusiaan dan solidaritas sosial.
5. Solusi Overcapacity dan Digitalisasi Pembinaan
Untuk mengatasi masalah overcapacity, Lapas Kalianda menerapkan sistem hunian tertata, memperkuat program asimilasi dan integrasi, serta mendigitalisasi administrasi pembinaan. Pendekatan ini memastikan keamanan tetap terjaga tanpa mengurangi hak dan kualitas pembinaan warga binaan.
6. Lapas sebagai Pusat Edukasi dan Pelatihan
Lapas Kalianda terus memantapkan diri sebagai pusat pendidikan dan pelatihan bagi warga binaan. Melalui kerja sama dengan lembaga pendidikan dan vokasi, warga binaan dapat menempuh program Kejar Paket C serta berbagai keterampilan seperti menjahit, sablon, dan melukis. Beberapa peserta bahkan telah memperoleh Sertifikat Kompetensi, membuktikan bahwa pembinaan di Lapas mampu menghasilkan tenaga kerja bersertifikat dan siap pakai di masyarakat.
7. Transformasi Pemasyarakatan Modern: Aman, Humanis, Produktif, Berwibawa
“Kami berkomitmen membina dengan hati, menjaga dengan integritas, dan memulihkan dengan karya. Tujuan kami jelas: agar warga binaan tidak hanya bebas dari pidana, tapi juga bebas dalam makna kehidupan—siap berdaya, berkontribusi, dan menjadi manusia baru yang bermartabat,” tegas Beni Nurrahman.
Dengan semangat perubahan dan kolaborasi lintas sektor, Lapas Kalianda kini berdiri di garda terdepan sebagai simbol nyata Pemasyarakatan Modern, selaras dengan visi Kemenimipas: aman, humanis, produktif, dan berwibawa. Transformasi ini tidak hanya meningkatkan kualitas layanan pemasyarakatan, tetapi juga menjadi model bagi lembaga pemasyarakatan lain di Indonesia.***














