MAJALAH NARASI – Pendidikan di Indonesia kembali memasuki babak baru dengan hadirnya Kurikulum 2025. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi menyebut kurikulum ini sebagai penyempurnaan dari Kurikulum Merdeka yang lebih dulu diperkenalkan. Tujuan utama dari Kurikulum 2025 adalah mencetak generasi pelajar yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki karakter kuat, keterampilan abad 21, serta daya saing global.
Namun, seperti halnya kebijakan pendidikan sebelumnya, Kurikulum 2025 tidak lepas dari pro dan kontra. Ada yang menilai kurikulum ini sebagai terobosan penting, sementara ada pula yang khawatir implementasinya justru menimbulkan masalah baru.
Latar Belakang Hadirnya Kurikulum 2025
Kurikulum 2025 lahir dari kebutuhan akan pendidikan yang lebih relevan dengan tantangan zaman. Transformasi digital, persaingan global, hingga perubahan kebutuhan industri menuntut sistem pendidikan yang adaptif. Kurikulum lama dianggap belum mampu menjawab semua tantangan tersebut. Karena itu, Kurikulum 2025 hadir dengan menekankan pada pembelajaran berbasis proyek, pemanfaatan teknologi, serta penguatan karakter pelajar Pancasila.
Pro Kurikulum 2025
1. Lebih Relevan dengan Dunia Kerja
Salah satu keunggulan Kurikulum 2025 adalah orientasinya yang lebih dekat dengan dunia kerja. Siswa tidak hanya belajar teori, tetapi juga praktik nyata melalui project based learning. Hal ini membuat mereka lebih siap menghadapi persaingan di dunia profesional.
2. Menekankan Keterampilan Abad 21
Kurikulum ini mendorong pengembangan critical thinking, creativity, collaboration, dan communication. Empat keterampilan tersebut dianggap penting agar siswa dapat bertahan di era digital yang penuh ketidakpastian.
3. Pemanfaatan Teknologi dalam Pembelajaran
Kurikulum 2025 mendorong guru untuk menggunakan teknologi seperti platform digital, artificial intelligence, hingga virtual classroom. Dengan begitu, proses belajar menjadi lebih interaktif, personal, dan sesuai kebutuhan masing-masing siswa.
4. Penguatan Karakter Pelajar Pancasila
Selain fokus pada akademik, kurikulum ini juga menekankan pentingnya membentuk siswa yang berkarakter. Nilai-nilai seperti gotong royong, integritas, dan rasa kebangsaan diintegrasikan dalam setiap mata pelajaran.
5. Fleksibilitas bagi Guru dan Sekolah
Guru diberikan keleluasaan untuk menyesuaikan metode pembelajaran sesuai konteks sekolah dan kebutuhan siswa. Hal ini dianggap sebagai langkah maju untuk mengurangi beban administratif yang selama ini membatasi kreativitas guru.
Kontra Kurikulum 2025
1. Kesiapan Guru yang Masih Dipertanyakan
Tidak semua guru siap dengan perubahan besar ini. Banyak di antara mereka yang masih gagap teknologi atau belum terbiasa dengan pendekatan berbasis proyek. Tanpa pelatihan memadai, kurikulum baru bisa menjadi beban tambahan.
2. Kesenjangan Fasilitas Sekolah
Sekolah di kota besar mungkin lebih mudah mengadopsi Kurikulum 2025 karena fasilitasnya sudah lengkap. Namun, bagaimana dengan sekolah di daerah terpencil yang masih kekurangan listrik dan internet? Ketimpangan ini dikhawatirkan memperlebar kesenjangan pendidikan.
3. Risiko Beban Belajar yang Berubah Bentuk
Meski kurikulum ini diklaim lebih ringan, ada kemungkinan siswa justru terbebani dengan tugas proyek yang menumpuk. Jika tidak diatur dengan baik, project based learning bisa menjadi pekerjaan rumah yang menguras tenaga.
4. Evaluasi dan Penilaian yang Rumit
Perubahan metode pembelajaran tentu berdampak pada sistem evaluasi. Penilaian berbasis proyek dan portofolio seringkali subjektif dan memakan waktu lama. Guru bisa kewalahan jika tidak ada panduan yang jelas.
5. Perubahan yang Terlalu Cepat
Sebagian orang tua dan praktisi pendidikan merasa lelah dengan perubahan kurikulum yang terus berganti. Mereka khawatir Kurikulum 2025 hanya menjadi uji coba sementara yang pada akhirnya akan diganti lagi.
Dampak Jangka Panjang
Jika dijalankan dengan baik, Kurikulum 2025 berpotensi mencetak generasi emas Indonesia yang mampu bersaing di tingkat global. Siswa akan lebih siap menghadapi dunia kerja, berwawasan luas, serta memiliki karakter kuat. Namun, tanpa kesiapan guru, infrastruktur, dan dukungan dari semua pihak, kurikulum ini bisa berakhir hanya sebagai dokumen kebijakan tanpa implementasi nyata.
Opini Publik
Berdasarkan sejumlah survei pendidikan, mayoritas orang tua menyambut baik inovasi ini tetapi tetap mengkhawatirkan teknis pelaksanaannya. Guru pun menuntut pelatihan intensif dan pendampingan berkelanjutan. Sementara siswa cenderung antusias karena pembelajaran lebih interaktif dan tidak monoton.
Kurikulum 2025 adalah langkah ambisius pemerintah untuk membawa pendidikan Indonesia menuju level lebih tinggi. Pro dan kontra yang muncul merupakan hal wajar karena perubahan besar pasti menimbulkan resistensi. Tantangan utama ada pada kesiapan guru, pemerataan fasilitas, serta konsistensi kebijakan. Jika semua pihak bekerja sama, Kurikulum 2025 bisa menjadi tonggak penting dalam mencetak generasi masa depan Indonesia yang unggul dan berkarakter.***














