• Tentang Kami
  • Redaksi
  • Iklan & Kerjasama
  • Kontributor
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Kontak
Friday, October 31, 2025
Majalahnarasi.id
Advertisement
  • Berita Pendidikan
  • Peristiwa
  • Pemerintahan
    • Bandar Lampung
    • Lampung Barat
    • Lampung Selatan
    • Lampung Tengah
    • Lampung Timur
    • Lampung Utara
    • Mesuji
    • Metro
    • Pesawaran
    • Pringsewu
    • Tanggamus
    • Tulang Bawang
    • Tulang Bawang Barat
  • Beasiswa & Karir
  • Kesehatan & Psikologi
  • Komunitas & Event
  • Lainnya
    • Literasi & Budaya
    • Multimedia
    • Riset & Opini
    • Teknologi Pendidikan
    • Tips Belajar & Ujian
No Result
View All Result
  • Berita Pendidikan
  • Peristiwa
  • Pemerintahan
    • Bandar Lampung
    • Lampung Barat
    • Lampung Selatan
    • Lampung Tengah
    • Lampung Timur
    • Lampung Utara
    • Mesuji
    • Metro
    • Pesawaran
    • Pringsewu
    • Tanggamus
    • Tulang Bawang
    • Tulang Bawang Barat
  • Beasiswa & Karir
  • Kesehatan & Psikologi
  • Komunitas & Event
  • Lainnya
    • Literasi & Budaya
    • Multimedia
    • Riset & Opini
    • Teknologi Pendidikan
    • Tips Belajar & Ujian
No Result
View All Result
Majalahnarasi.id
No Result
View All Result
Home Pemerintahan Bandar Lampung

Kritik Sastra Marxis atas Puisi Muhammad Alfariezie: Potret Ironis Rakyat di Tengah Kapital dan Kekuasaan

by Melda
October 8, 2025
in Bandar Lampung
Kritik Sastra Marxis atas Puisi Muhammad Alfariezie: Potret Ironis Rakyat di Tengah Kapital dan Kekuasaan
585
SHARES
3.3k
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

MAJALAH NARASI– Puisi “Sembilan Miliar Kebodohan Kita” karya penyair Muhammad Alfariezie hadir sebagai kritik tajam terhadap realitas sosial-politik yang lahir dari ketimpangan ekonomi, praktik korupsi struktural, dan dominasi elit birokrasi. Melalui diksi yang satir, penyair asal Bandar Lampung ini menyingkap wajah kekuasaan yang menindas rakyat lewat kebijakan dan regulasi yang koruptif, serta menunjukkan bagaimana rakyat sering kali menjadi korban sekaligus alat legitimasi sistem yang menindas mereka sendiri.

Puisi ini dapat dibaca melalui perspektif teori Marxis sebagai potret perjuangan kelas antara kaum berkuasa — yang diwakili oleh birokrasi dan elit kapitalis — dan rakyat kecil yang tertindas oleh sistem. Berikut puisi karya Alfariezie:

Sembilan Miliar Kebodohan Kita

Berita Lainnya

Lirisisme Waktu dan Kepekaan Alam dalam Puisi Senyum yang Mengalir di Antara Gugur Karya Muhammad Alfariezie

Sudirman Ail, Sebuah Biografi dari Bumi Raflesia: Kisah Inspiratif yang Menembus Waktu

Skandal SMA Siger di Bandar Lampung Memanas, Ketua Yayasan Diduga Eks Pejabat Tinggi Bappeda

Skandal harus tersingkir!
Bukan iri tapi karena peduli
harga satu regulasi bikin
kita gigit jari

Satu regulasi seharga tiga
mobil mewah bawaan kepala
sekolah! Bayangkan cuma
cuma bagi warga pra
sejahtera

Tapi kita bodoh lebih lagi malas
walau sebatas membayangkan

Kita justru senang susah payah
membopong-gelar karpet
merah untuk wali kota bikin
sekolah

Sekolah yang telah nyata
tidak peduli sembilan miliar

Bayangkan betapa kita
bodoh! Senang pula
membaca berita: “wali kota
bikin sekolah swasta untuk
keluarganya bahagia”

Bayangkan betapa kita
bodoh! 9 miliar sia-sia
ditambah dana hibah
untuk sekolah atas
namanya merogoh kas
negara

Bandar Lampung, 2025

Latar Sosial dan Kritik Kekuasaan

Bait pertama puisi langsung menegaskan sikap penyair terhadap praktik kekuasaan yang tidak pro-rakyat:

“Skandal harus tersingkir!
Bukan iri tapi karena peduli
harga satu regulasi bikin
kita gigit jari.”

Diksi “harga satu regulasi” menyoroti bagaimana kebijakan publik telah dikomodifikasi dan dijadikan alat transaksi elit. Dalam perspektif Marxis, fenomena ini menunjukkan bagaimana negara berfungsi untuk melayani kepentingan kelas penguasa, bukan rakyat. Regulasi yang seharusnya menjadi instrumen keadilan sosial justru beralih menjadi sarana akumulasi modal dan legitimasi kekuasaan.

Korupsi, Ketimpangan Kelas, dan Eksploitasi Publik

Bait selanjutnya menyoroti jurang sosial yang lebar antara elit dan rakyat:

“Satu regulasi seharga tiga
mobil mewah bawaan kepala
sekolah! Bayangkan cuma
cuma bagi warga pra
sejahtera.”

Penyair menyingkap paradoks pendidikan: sementara elit hidup mewah, rakyat miskin harus menanggung dampak sistem yang tidak adil. Kepala sekolah yang memiliki mobil mewah bukan lagi simbol kemajuan, tetapi cerminan kapitalisme yang telah menembus institusi publik. Pendidikan, yang seharusnya menjadi sarana pembebasan rakyat, justru dijadikan alat reproduksi ketimpangan sosial.

Rakyat Pasif dan Kesadaran Palsu

Puisi ini juga menyoroti peran rakyat yang pasif dan mudah terbuai oleh ideologi penguasa:

“Tapi kita bodoh lebih lagi malas
walau sebatas membayangkan.”

Rakyat digambarkan sebagai bagian dari sistem penindasan itu sendiri melalui fenomena “false consciousness,” di mana mereka tidak menyadari ketertindasan yang dialami dan bahkan ikut melanggengkan ketidakadilan.

“Kita justru senang susah payah
membopong-gelar karpet merah
untuk wali kota bikin sekolah.”

Alfariezie menekankan bahwa rakyat yang pasif justru memberikan legitimasi terhadap praktik korupsi dan ketimpangan, sehingga sistem terus berjalan tanpa kontrol sosial yang efektif.

Ironi Kekuasaan dan Penjarahan Dana Publik

Bait-bait akhir puisi memunculkan kritik keras terhadap eksploitasi ekonomi yang sistemik:

“Bayangkan betapa kita
bodoh! 9 miliar sia-sia
ditambah dana hibah
untuk sekolah atas
namanya merogoh kas
negara.”

Angka “9 miliar” menjadi simbol akumulasi kapital dan penjarahan dana publik. Dana yang seharusnya untuk kesejahteraan rakyat malah digunakan untuk kepentingan pribadi elit. Dalam terminologi Marxis, hal ini dapat dianalogikan sebagai pemerasan surplus value, bukan terhadap buruh industri, tetapi terhadap hak publik dan kas negara.

Puisi sebagai Alat Perlawanan dan Kesadaran Kelas

Sastra Marxis menekankan bahwa puisi bukan hanya medium estetika, tetapi juga alat kritik sosial dan ideologis. Puisi Muhammad Alfariezie menolak sikap pasrah dan menyeru munculnya kesadaran baru di kalangan rakyat. Ia mengingatkan bahwa keadilan sosial tidak akan lahir dari simbol-simbol kekuasaan seperti karpet merah dan proyek elit, tetapi dari kesadaran rakyat untuk memahami posisi mereka dalam struktur penindasan dan bertindak nyata.

Dengan gaya bahasa yang sederhana namun penuh sindiran tajam, puisi ini menelanjangi wajah kapitalisme birokratis di tingkat lokal, sekaligus menjadi cermin perjuangan ideologis yang mendorong rakyat untuk berpikir kritis, menuntut transparansi, dan melawan ketimpangan. “Sembilan Miliar Kebodohan Kita” bukan sekadar karya sastra, tetapi seruan agar masyarakat sadar dan berani menuntut keadilan.***

Source: ALFARIEZIE
Tags: analisis sastraketimpangan sosialkorupsi birokrasikritik marxisliteratur IndonesiaMuhammad Alfarieziependidikan dan kekuasaanpuisi kritisrakyat kecilsastra sosial politik
Previous Post

Ketua DPD PA GMNI Lampung Dorong Sahabat Marinda 54 Terus Bergerak Membela Kepentingan Rakyat

Next Post

Ferry Ambil Langkah Hukum Serius, 5 Akun TikTok Dilaporkan ke Polda Lampung: Sebar Data Pribadi dan Fitnah Keluarga

Melda

Melda

Related Posts

Lirisisme Waktu dan Kepekaan Alam dalam Puisi Senyum yang Mengalir di Antara Gugur Karya Muhammad Alfariezie
Bandar Lampung

Lirisisme Waktu dan Kepekaan Alam dalam Puisi Senyum yang Mengalir di Antara Gugur Karya Muhammad Alfariezie

by Melda
October 30, 2025
Sudirman Ail, Sebuah Biografi dari Bumi Raflesia: Kisah Inspiratif yang Menembus Waktu
Bandar Lampung

Sudirman Ail, Sebuah Biografi dari Bumi Raflesia: Kisah Inspiratif yang Menembus Waktu

by Melda
October 29, 2025
Skandal SMA Siger di Bandar Lampung Memanas, Ketua Yayasan Diduga Eks Pejabat Tinggi Bappeda
Bandar Lampung

Skandal SMA Siger di Bandar Lampung Memanas, Ketua Yayasan Diduga Eks Pejabat Tinggi Bappeda

by Melda
October 28, 2025
Bupati Tinjau SPPG Padang Manis, Pastikan Pemberian Gizi Anak dan Ibu Hamil Berkualitas di Way Lima
Bandar Lampung

Bupati Tinjau SPPG Padang Manis, Pastikan Pemberian Gizi Anak dan Ibu Hamil Berkualitas di Way Lima

by Melda
October 28, 2025
Aktivis ’98 Serukan “Revolusi Demokrasi Pancasila”, Tuntut Elit Politik Bangkit dari Bayang-Bayang Uang
Bandar Lampung

Aktivis ’98 Serukan “Revolusi Demokrasi Pancasila”, Tuntut Elit Politik Bangkit dari Bayang-Bayang Uang

by Melda
October 28, 2025
Next Post
Ferry Ambil Langkah Hukum Serius, 5 Akun TikTok Dilaporkan ke Polda Lampung: Sebar Data Pribadi dan Fitnah Keluarga

Ferry Ambil Langkah Hukum Serius, 5 Akun TikTok Dilaporkan ke Polda Lampung: Sebar Data Pribadi dan Fitnah Keluarga

Recommended

Kasus PI 10% PT LEB: Satu Tahun Penyidikan, Tiga Tersangka, Tapi di Mana Kerugian Negaranya?

Kasus PI 10% PT LEB: Satu Tahun Penyidikan, Tiga Tersangka, Tapi di Mana Kerugian Negaranya?

October 17, 2025
Bupati Tanggamus Sampaikan Rancangan KUA-PPAS 2026 dalam Sidang Paripurna DPRD: Fokus pada Infrastruktur, Ketahanan Pangan, dan Pertumbuhan Ekonomi Inklusif

Bupati Tanggamus Sampaikan Rancangan KUA-PPAS 2026 dalam Sidang Paripurna DPRD: Fokus pada Infrastruktur, Ketahanan Pangan, dan Pertumbuhan Ekonomi Inklusif

October 6, 2025

Categories

  • Bandar Lampung
  • Beasiswa & Karir
  • Berita Pendidikan
  • Kesehatan & Psikologi
  • Komunitas & Event
  • Lampung Barat
  • Lampung Selatan
  • Lampung Tengah
  • Lampung Utara
  • Literasi & Budaya
  • Multimedia
  • Pemerintahan
  • Peristiwa
  • Pesawaran
  • Pringsewu
  • Riset & Opini
  • Tanggamus
  • Teknologi Pendidikan
  • Tips Belajar & Ujian
  • Uncategorized

Don't miss it

Lirisisme Waktu dan Kepekaan Alam dalam Puisi Senyum yang Mengalir di Antara Gugur Karya Muhammad Alfariezie
Bandar Lampung

Lirisisme Waktu dan Kepekaan Alam dalam Puisi Senyum yang Mengalir di Antara Gugur Karya Muhammad Alfariezie

October 30, 2025
Sudah Tak Relevan, RTRW Kabupaten Pringsewu Mendesak untuk Direvisi
Pringsewu

Sudah Tak Relevan, RTRW Kabupaten Pringsewu Mendesak untuk Direvisi

October 30, 2025
Program Makanan Bergizi Gratis Resmi Jalan! SPPG Polres Pringsewu Siap Layani Ribuan Siswa Tiap Hari, Sekolah dan Warga Sambut Antusias
Pringsewu

Program Makanan Bergizi Gratis Resmi Jalan! SPPG Polres Pringsewu Siap Layani Ribuan Siswa Tiap Hari, Sekolah dan Warga Sambut Antusias

October 30, 2025
Sudirman Ail, Sebuah Biografi dari Bumi Raflesia: Kisah Inspiratif yang Menembus Waktu
Bandar Lampung

Sudirman Ail, Sebuah Biografi dari Bumi Raflesia: Kisah Inspiratif yang Menembus Waktu

October 29, 2025
Peringatan Hari Sumpah Pemuda Ke-97 di Kabupaten Pringsewu Menjadi Sorotan, Semangat Pemuda Menggema di Lapangan Pemkab
Pesawaran

Peringatan Hari Sumpah Pemuda Ke-97 di Kabupaten Pringsewu Menjadi Sorotan, Semangat Pemuda Menggema di Lapangan Pemkab

October 29, 2025
Semangat Sumpah Pemuda Menggema di Polres Tanggamus: Generasi Muda Didorong Jadi Penentu Sejarah Bangsa
Tanggamus

Semangat Sumpah Pemuda Menggema di Polres Tanggamus: Generasi Muda Didorong Jadi Penentu Sejarah Bangsa

October 28, 2025
Majalahnarasi.id

© 2025 - Majalahnarasi.id

No Result
View All Result
  • Berita Pendidikan
  • Peristiwa
  • Pemerintahan
    • Bandar Lampung
    • Lampung Barat
    • Lampung Selatan
    • Lampung Tengah
    • Lampung Timur
    • Lampung Utara
    • Mesuji
    • Metro
    • Pesawaran
    • Pringsewu
    • Tanggamus
    • Tulang Bawang
    • Tulang Bawang Barat
  • Beasiswa & Karir
  • Kesehatan & Psikologi
  • Komunitas & Event
  • Lainnya
    • Literasi & Budaya
    • Multimedia
    • Riset & Opini
    • Teknologi Pendidikan
    • Tips Belajar & Ujian

© 2025 - Majalahnarasi.id