• Tentang Kami
  • Redaksi
  • Iklan & Kerjasama
  • Kontributor
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Kontak
Tuesday, December 16, 2025
Majalahnarasi.id
Advertisement
  • Berita Pendidikan
  • Peristiwa
  • Pemerintahan
    • Bandar Lampung
    • Lampung Barat
    • Lampung Selatan
    • Lampung Tengah
    • Lampung Timur
    • Lampung Utara
    • Mesuji
    • Metro
    • Pesawaran
    • Pringsewu
    • Tanggamus
    • Tulang Bawang
    • Tulang Bawang Barat
  • Beasiswa & Karir
  • Kesehatan & Psikologi
  • Komunitas & Event
  • Lainnya
    • Literasi & Budaya
    • Multimedia
    • Riset & Opini
    • Teknologi Pendidikan
    • Tips Belajar & Ujian
No Result
View All Result
  • Berita Pendidikan
  • Peristiwa
  • Pemerintahan
    • Bandar Lampung
    • Lampung Barat
    • Lampung Selatan
    • Lampung Tengah
    • Lampung Timur
    • Lampung Utara
    • Mesuji
    • Metro
    • Pesawaran
    • Pringsewu
    • Tanggamus
    • Tulang Bawang
    • Tulang Bawang Barat
  • Beasiswa & Karir
  • Kesehatan & Psikologi
  • Komunitas & Event
  • Lainnya
    • Literasi & Budaya
    • Multimedia
    • Riset & Opini
    • Teknologi Pendidikan
    • Tips Belajar & Ujian
No Result
View All Result
Majalahnarasi.id
No Result
View All Result
Home Pemerintahan Bandar Lampung

Kritik Sastra Marxis atas Puisi Muhammad Alfariezie: Potret Ironis Rakyat di Tengah Kapital dan Kekuasaan

by Melda
October 8, 2025
in Bandar Lampung
Kritik Sastra Marxis atas Puisi Muhammad Alfariezie: Potret Ironis Rakyat di Tengah Kapital dan Kekuasaan
585
SHARES
3.3k
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

MAJALAH NARASI– Puisi “Sembilan Miliar Kebodohan Kita” karya penyair Muhammad Alfariezie hadir sebagai kritik tajam terhadap realitas sosial-politik yang lahir dari ketimpangan ekonomi, praktik korupsi struktural, dan dominasi elit birokrasi. Melalui diksi yang satir, penyair asal Bandar Lampung ini menyingkap wajah kekuasaan yang menindas rakyat lewat kebijakan dan regulasi yang koruptif, serta menunjukkan bagaimana rakyat sering kali menjadi korban sekaligus alat legitimasi sistem yang menindas mereka sendiri.

Puisi ini dapat dibaca melalui perspektif teori Marxis sebagai potret perjuangan kelas antara kaum berkuasa — yang diwakili oleh birokrasi dan elit kapitalis — dan rakyat kecil yang tertindas oleh sistem. Berikut puisi karya Alfariezie:

Sembilan Miliar Kebodohan Kita

Berita Lainnya

FML Minta Bareskrim Ambil Alih Dugaan Pungutan Rehab Sekolah Lambar

Muhammad Alfariezie, Penyair Muda Lampung yang Kritik Doa dan Materialisme

Ketegangan di Kementerian Kehutanan: Hutan Tenang, Krisis Menggantung

Skandal harus tersingkir!
Bukan iri tapi karena peduli
harga satu regulasi bikin
kita gigit jari

Satu regulasi seharga tiga
mobil mewah bawaan kepala
sekolah! Bayangkan cuma
cuma bagi warga pra
sejahtera

Tapi kita bodoh lebih lagi malas
walau sebatas membayangkan

Kita justru senang susah payah
membopong-gelar karpet
merah untuk wali kota bikin
sekolah

Sekolah yang telah nyata
tidak peduli sembilan miliar

Bayangkan betapa kita
bodoh! Senang pula
membaca berita: “wali kota
bikin sekolah swasta untuk
keluarganya bahagia”

Bayangkan betapa kita
bodoh! 9 miliar sia-sia
ditambah dana hibah
untuk sekolah atas
namanya merogoh kas
negara

Bandar Lampung, 2025

Latar Sosial dan Kritik Kekuasaan

Bait pertama puisi langsung menegaskan sikap penyair terhadap praktik kekuasaan yang tidak pro-rakyat:

“Skandal harus tersingkir!
Bukan iri tapi karena peduli
harga satu regulasi bikin
kita gigit jari.”

Diksi “harga satu regulasi” menyoroti bagaimana kebijakan publik telah dikomodifikasi dan dijadikan alat transaksi elit. Dalam perspektif Marxis, fenomena ini menunjukkan bagaimana negara berfungsi untuk melayani kepentingan kelas penguasa, bukan rakyat. Regulasi yang seharusnya menjadi instrumen keadilan sosial justru beralih menjadi sarana akumulasi modal dan legitimasi kekuasaan.

Korupsi, Ketimpangan Kelas, dan Eksploitasi Publik

Bait selanjutnya menyoroti jurang sosial yang lebar antara elit dan rakyat:

“Satu regulasi seharga tiga
mobil mewah bawaan kepala
sekolah! Bayangkan cuma
cuma bagi warga pra
sejahtera.”

Penyair menyingkap paradoks pendidikan: sementara elit hidup mewah, rakyat miskin harus menanggung dampak sistem yang tidak adil. Kepala sekolah yang memiliki mobil mewah bukan lagi simbol kemajuan, tetapi cerminan kapitalisme yang telah menembus institusi publik. Pendidikan, yang seharusnya menjadi sarana pembebasan rakyat, justru dijadikan alat reproduksi ketimpangan sosial.

Rakyat Pasif dan Kesadaran Palsu

Puisi ini juga menyoroti peran rakyat yang pasif dan mudah terbuai oleh ideologi penguasa:

“Tapi kita bodoh lebih lagi malas
walau sebatas membayangkan.”

Rakyat digambarkan sebagai bagian dari sistem penindasan itu sendiri melalui fenomena “false consciousness,” di mana mereka tidak menyadari ketertindasan yang dialami dan bahkan ikut melanggengkan ketidakadilan.

“Kita justru senang susah payah
membopong-gelar karpet merah
untuk wali kota bikin sekolah.”

Alfariezie menekankan bahwa rakyat yang pasif justru memberikan legitimasi terhadap praktik korupsi dan ketimpangan, sehingga sistem terus berjalan tanpa kontrol sosial yang efektif.

Ironi Kekuasaan dan Penjarahan Dana Publik

Bait-bait akhir puisi memunculkan kritik keras terhadap eksploitasi ekonomi yang sistemik:

“Bayangkan betapa kita
bodoh! 9 miliar sia-sia
ditambah dana hibah
untuk sekolah atas
namanya merogoh kas
negara.”

Angka “9 miliar” menjadi simbol akumulasi kapital dan penjarahan dana publik. Dana yang seharusnya untuk kesejahteraan rakyat malah digunakan untuk kepentingan pribadi elit. Dalam terminologi Marxis, hal ini dapat dianalogikan sebagai pemerasan surplus value, bukan terhadap buruh industri, tetapi terhadap hak publik dan kas negara.

Puisi sebagai Alat Perlawanan dan Kesadaran Kelas

Sastra Marxis menekankan bahwa puisi bukan hanya medium estetika, tetapi juga alat kritik sosial dan ideologis. Puisi Muhammad Alfariezie menolak sikap pasrah dan menyeru munculnya kesadaran baru di kalangan rakyat. Ia mengingatkan bahwa keadilan sosial tidak akan lahir dari simbol-simbol kekuasaan seperti karpet merah dan proyek elit, tetapi dari kesadaran rakyat untuk memahami posisi mereka dalam struktur penindasan dan bertindak nyata.

Dengan gaya bahasa yang sederhana namun penuh sindiran tajam, puisi ini menelanjangi wajah kapitalisme birokratis di tingkat lokal, sekaligus menjadi cermin perjuangan ideologis yang mendorong rakyat untuk berpikir kritis, menuntut transparansi, dan melawan ketimpangan. “Sembilan Miliar Kebodohan Kita” bukan sekadar karya sastra, tetapi seruan agar masyarakat sadar dan berani menuntut keadilan.***

Source: ALFARIEZIE
Tags: analisis sastraketimpangan sosialkorupsi birokrasikritik marxisliteratur IndonesiaMuhammad Alfarieziependidikan dan kekuasaanpuisi kritisrakyat kecilsastra sosial politik
Previous Post

Ketua DPD PA GMNI Lampung Dorong Sahabat Marinda 54 Terus Bergerak Membela Kepentingan Rakyat

Next Post

Ferry Ambil Langkah Hukum Serius, 5 Akun TikTok Dilaporkan ke Polda Lampung: Sebar Data Pribadi dan Fitnah Keluarga

Melda

Melda

Related Posts

FML Minta Bareskrim Ambil Alih Dugaan Pungutan Rehab Sekolah Lambar
Bandar Lampung

FML Minta Bareskrim Ambil Alih Dugaan Pungutan Rehab Sekolah Lambar

by Melda
December 16, 2025
Muhammad Alfariezie, Penyair Muda Lampung yang Kritik Doa dan Materialisme
Bandar Lampung

Muhammad Alfariezie, Penyair Muda Lampung yang Kritik Doa dan Materialisme

by Melda
December 16, 2025
Ketegangan di Kementerian Kehutanan: Hutan Tenang, Krisis Menggantung
Bandar Lampung

Ketegangan di Kementerian Kehutanan: Hutan Tenang, Krisis Menggantung

by Melda
December 15, 2025
Poltekkes Tanjungkarang Dorong Kesehatan dan Ekonomi Warga Bernung
Bandar Lampung

Poltekkes Tanjungkarang Dorong Kesehatan dan Ekonomi Warga Bernung

by Melda
December 15, 2025
DPRD Bandar Lampung Soroti Kebijakan Dana Hibah Tanpa Kajian
Bandar Lampung

DPRD Bandar Lampung Soroti Kebijakan Dana Hibah Tanpa Kajian

by Melda
December 15, 2025
Next Post
Ferry Ambil Langkah Hukum Serius, 5 Akun TikTok Dilaporkan ke Polda Lampung: Sebar Data Pribadi dan Fitnah Keluarga

Ferry Ambil Langkah Hukum Serius, 5 Akun TikTok Dilaporkan ke Polda Lampung: Sebar Data Pribadi dan Fitnah Keluarga

Recommended

Dampak Teknologi pada Proses Belajar: Apakah Membawa Kemudahan atau Tantangan Baru

Dampak Teknologi pada Proses Belajar: Apakah Membawa Kemudahan atau Tantangan Baru

September 18, 2025
IJP Lampung Telusuri Resep Bertahan Pikiran Rakyat di Era Digital: Dari Transformasi Media Hingga Kebangkitan Koran

IJP Lampung Telusuri Resep Bertahan Pikiran Rakyat di Era Digital: Dari Transformasi Media Hingga Kebangkitan Koran

December 1, 2025

Categories

  • Bandar Lampung
  • Beasiswa & Karir
  • Berita Pendidikan
  • Kesehatan & Psikologi
  • Komunitas & Event
  • Lampung Barat
  • Lampung Selatan
  • Lampung Tengah
  • Lampung Timur
  • Lampung Utara
  • Literasi & Budaya
  • Metro
  • Multimedia
  • Pemerintahan
  • Peristiwa
  • Pesawaran
  • Pringsewu
  • Riset & Opini
  • Tanggamus
  • Teknologi Pendidikan
  • Tips Belajar & Ujian
  • Tulang Bawang
  • Uncategorized

Don't miss it

FML Minta Bareskrim Ambil Alih Dugaan Pungutan Rehab Sekolah Lambar
Bandar Lampung

FML Minta Bareskrim Ambil Alih Dugaan Pungutan Rehab Sekolah Lambar

December 16, 2025
Gapura Jalan Kenanga II Pringsewu Belum Terwujud, Warga Keluhkan Tertunda Tiga Tahun
Pringsewu

Gapura Jalan Kenanga II Pringsewu Belum Terwujud, Warga Keluhkan Tertunda Tiga Tahun

December 16, 2025
Muhammad Alfariezie, Penyair Muda Lampung yang Kritik Doa dan Materialisme
Bandar Lampung

Muhammad Alfariezie, Penyair Muda Lampung yang Kritik Doa dan Materialisme

December 16, 2025
Reses DPRD Pringsewu Bahas Infrastruktur dan Tunjangan Posyandu
Pringsewu

Reses DPRD Pringsewu Bahas Infrastruktur dan Tunjangan Posyandu

December 16, 2025
Edwin Apriandi Daftar Calon Ketua PWI Lampung Selatan 2026–2029
Lampung Selatan

Edwin Apriandi Daftar Calon Ketua PWI Lampung Selatan 2026–2029

December 15, 2025
Ketegangan di Kementerian Kehutanan: Hutan Tenang, Krisis Menggantung
Bandar Lampung

Ketegangan di Kementerian Kehutanan: Hutan Tenang, Krisis Menggantung

December 15, 2025
Majalahnarasi.id

© 2025 - Majalahnarasi.id

No Result
View All Result
  • Berita Pendidikan
  • Peristiwa
  • Pemerintahan
    • Bandar Lampung
    • Lampung Barat
    • Lampung Selatan
    • Lampung Tengah
    • Lampung Timur
    • Lampung Utara
    • Mesuji
    • Metro
    • Pesawaran
    • Pringsewu
    • Tanggamus
    • Tulang Bawang
    • Tulang Bawang Barat
  • Beasiswa & Karir
  • Kesehatan & Psikologi
  • Komunitas & Event
  • Lainnya
    • Literasi & Budaya
    • Multimedia
    • Riset & Opini
    • Teknologi Pendidikan
    • Tips Belajar & Ujian

© 2025 - Majalahnarasi.id