MAJALAH NARASI – Partai Golkar Lampung tengah menghadapi sorotan tajam setelah penetapan Bupati Lampung Tengah, Ardito Wijaya, sebagai tersangka kasus gratifikasi oleh KPK. Kejadian ini terjadi bersamaan dengan persiapan Musda DPD Golkar Kota Bandar Lampung yang sempat menimbulkan gejolak internal di partai tersebut.
Hanan A Rozak, Ketua Golkar Lampung yang resmi menjabat sejak 31 Agustus 2025, menjadi pusat perhatian publik dan media. Ia memberikan penjelasan terkait status Ardito yang dianggap sebagai kader baru di Golkar. “Keberadaan Saudara Ardito Wijaya di Golkar itu baru saja bergabung. Sebelumnya yang bersangkutan ketua dari salah satu partai politik di Kabupaten Lamteng. Saat pencalonan Pilkada lalu, yang bersangkutan juga diusung partai lain, bukan Partai Golkar,” ujarnya, Kamis (11/12/2025).
Namun, pernyataan tersebut memicu reaksi dari kader senior Golkar, M. Alzier Dianis Thabranie, yang menyoroti tanggung jawab Hanan sebagai pemimpin partai. “Pemimpin itu memang tak gampang. Tidak boleh yang karbitan. Baru ada masalah ini saja, sudah cuci tangan, lepas tanggung jawab, seperti tak kenal. Bilang Ardito Wijaya kader baru. Padahal yang mengajaknya masuk Golkar dan jadi pengurus itu siapa? Kan Hanan sendiri. Termasuk Sekretaris Jenderal DPP Partai Golkar, Sarmuji. Sikap ini sangat memalukan dan tidak ksatria,” tegas Alzier, Kamis (11/12/2025).
Selain kasus hukum Ardito, Golkar menghadapi polemik internal menjelang Musda XI DPD Golkar Bandar Lampung. Musda yang awalnya dijadwalkan berlangsung pada 14 Desember 2025 batal akibat peralihan dukungan dari pimpinan kecamatan. Pimpinan kecamatan yang semula mendukung Benny Nauly Mansyur beralih ke Handitya Narapati: Putra Sjachroedin ZP, sehingga dukungan Benny berkurang dari 20 menjadi 9 suara.
Peralihan dukungan ini memicu konflik baru yang mengancam keutuhan struktur DPD Golkar Bandar Lampung. Ketua DP AMPG Kota Bandar Lampung, G. Miftahul Huda, menyatakan bahwa pihaknya tidak gentar menghadapi ancaman pencopotan PK yang mendukung Handitya Narapati. “Adanya ancaman ini justru membuat kami semakin solid dan berkonsolidasi,” ujarnya, Minggu (14/12/2025).
Meski menghadapi tekanan dari kasus OTT dan konflik internal, Golkar tetap dianggap sebagai partai legendaris yang tangguh. Partai ini dikenal memiliki kader-kader intelektual yang mampu menghadapi dinamika politik dan perubahan zaman. Kejadian ini menjadi ujian bagi kepemimpinan Hanan A Rozak untuk menjaga soliditas partai dan menghadapi tantangan hukum maupun politik internal.***














