MAJALAH NARASI– Suasana penuh haru dan khidmat menyelimuti Masjid Al Ishlah Pringsewu pada Minggu, 7 Desember 2025. Yayasan Ishlaḥul Umat Lampung menggelar acara wisuda bagi 109 santri lansia Pesantren Lansia Al-Ishlah, dalam program Tsaqifah, dengan tema “Merencanakan Kematian yang Indah”. Acara ini bukan sekadar seremoni biasa, melainkan menjadi ajang pembelajaran tentang persiapan menghadapi kematian secara islami dan penuh hikmah.
Ketua Yayasan Ishlahul Umat Lampung, Ustaz Latief Al Imami, menyampaikan bahwa wisuda ini bukanlah akhir dari proses belajar para santri lansia. Justru, setelah wisuda, mereka tetap didorong untuk terus menambah ilmu agama, memperdalam amal ibadah, dan mempersiapkan diri menghadapi kematian dengan penuh kesadaran dan ketenangan.
“Acara wisuda ini diharapkan menjadi inspirasi bagi masyarakat luas, khususnya para lansia, agar tetap aktif belajar agama dan mempersiapkan diri menghadapi sesuatu yang pasti, yaitu kematian. Persiapan kematian yang husnul khatimah bukan datang begitu saja, melainkan perlu direncanakan sejak dini melalui ilmu, amal, dan niat ikhlas,” ungkap Latief. Ia menekankan bahwa kegiatan ini adalah bagian dari ibadah dan wujud ketaatan kepada Allah SWT.
Dalam kesempatan tersebut, Ustadz Syahid Abdullah, Lc., M.E., Dai MUI Pusat, memberikan tausyiah dan wejangan mendalam tentang tiga amalan yang menjadi kunci agar seseorang meninggal dalam keadaan husnul khatimah. Pertama, istiqomah dalam keimanan kepada Allah Ta’ala; kedua, rajin bersedekah dan berbagi kepada sesama; ketiga, menjaga silaturahmi dengan keluarga, tetangga, dan lingkungan. Menurut Ustadz Syahid, ketiga amalan ini tidak hanya memberi keberkahan di dunia, tetapi juga menjadi bekal utama saat menatap kehidupan akhir.
Acara wisuda ini diikuti 109 santri lansia, dengan usia rata-rata 60 hingga 70 tahun. Keunikan acara ini terlihat dari hadirnya santri tertua, yaitu Dirjo Utomo (96 tahun), Sunardi (88 tahun), Samiyah (84 tahun), dan Sadinem (74 tahun). Para peserta menunjukkan antusiasme tinggi, menyimak setiap tausyiah, serta aktif berdiskusi dan bertanya mengenai praktik-praktik yang dapat membantu mereka menghadapi kematian dengan tenang.
Selain wisuda, acara diisi dengan sesi doa bersama, tahlil, dan pemberian sertifikat penghargaan bagi para santri. Momen ini sekaligus menjadi refleksi bagi masyarakat tentang pentingnya menyiapkan diri dalam menghadapi kematian, agar dapat menjalani hidup dengan lebih bermakna, penuh kesadaran spiritual, dan harapan akan rahmat Allah SWT.
Program Tsaqifah yang digelar Yayasan Ishlaḥul Umat Lampung ini menjadi inovasi penting dalam pendidikan lansia, karena tidak hanya menekankan aspek keagamaan, tetapi juga mempersiapkan peserta secara psikologis dan spiritual untuk menghadapi fase akhir kehidupan. Kegiatan seperti ini dinilai dapat meningkatkan kualitas hidup lansia secara menyeluruh, memberi mereka rasa damai, percaya diri, dan kesiapan dalam menyambut kematian sebagai bagian dari takdir.
Wisuda santri lansia Al-Ishlah ini menjadi bukti bahwa belajar tidak mengenal usia. Para peserta tidak hanya memperoleh ilmu, tetapi juga pengalaman batin yang mendalam, yang akan mereka bawa sepanjang hidup. Acara ini diharapkan menjadi inspirasi bagi lembaga lain di Indonesia untuk membuka program pendidikan spiritual dan persiapan akhir hayat bagi lansia, sehingga masyarakat lebih siap menghadapi kehidupan dan kematian dengan penuh ketenangan.***














