MAJALAH NARASI- Lomba Cipta-Baca Puisi Bahasa Lampung yang digelar di Nuwa Baca Zainal Abidin Pagar Alam, Dinas Perpustakaan Lampung, Jumat 5 Desember 2025, sukses menarik perhatian generasi muda. Didukung oleh Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah 7 Bengkulu–Lampung, acara ini langsung mencuri spotlight karena menggabungkan kreativitas, budaya, dan semangat anak muda dalam satu panggung.
Septiyana Natalia, S.Pd., penulis dan pemerhati budaya Lampung, menjadi penggagas acara bertajuk “Ngighau Sastra, Nyimah Budaya 2025”. Ia mengatakan bahwa lomba ini adalah bentuk nyata bagaimana anak muda bisa terlibat dalam menjaga identitas budaya sendiri. Menurutnya, sastra dan bahasa adalah kunci pengikat yang mampu mempertahankan jati diri lokal di tengah derasnya gempuran budaya global.
Ia mengajak pelajar SMA se-Kota Bandar Lampung agar berani mengekspresikan kekayaan budaya Lampung lewat puisi. Natalia yang juga mengajar seni di SMAN 9 Bandarlampung menegaskan bahwa kegiatan ini bukan sekadar lomba, tetapi ruang bertumbuh bagi generasi muda untuk lebih dekat dengan akar budaya mereka. Ia menilai bahwa ketika generasi muda menulis dalam bahasa Lampung, mereka sedang membangun kembali hubungan emosional dengan identitas leluhurnya.
Kategori Cipta Puisi menjadi ruang eksplorasi ide kreatif para peserta. Mereka ditantang menciptakan karya bertema budaya Lampung, mulai dari kuliner tradisional, tarian, pakaian adat, hingga kisah-kisah kehidupan masyarakat. Diksi khas seperti ngiyu, cangget, nyimah, atau teghak digunakan untuk memperkuat nuansa lokal. Dari 75 naskah yang masuk hingga batas pengumpulan pada 29 November 2025, panitia menyeleksi 25 karya terbaik untuk dibacakan pada sesi Baca Puisi.
Pada kategori Baca Puisi, peserta ditantang tampil total di hadapan juri. Mereka harus menunjukkan interpretasi terbaik, artikulasi bahasa Lampung yang jelas, serta kemampuan menghidupkan puisi lewat suara dan ekspresi. Kedua kategori ini wajib diikuti peserta tanpa dipungut biaya. Karya juga harus orisinal dan sepenuhnya menggunakan Bahasa Lampung sesuai ketentuan.
Koko, humas kegiatan, menjelaskan bahwa acara ini sepenuhnya sejalan dengan visi BPK Wilayah VII dalam menjaga keberlanjutan bahasa dan sastra daerah. Menurutnya, pelestarian budaya bukan hanya soal dokumentasi, tetapi juga tentang menciptakan ruang baru agar generasi muda bisa mencintai dan merawat budaya itu sendiri.
Para juri dalam kegiatan ini berasal dari berbagai kalangan, mulai dari akademisi sastra Lampung, sastrawan, hingga praktisi seni budaya. Mereka dipilih agar penilaian terhadap performa peserta seimbang antara nilai seni, kualitas bahasa, dan kesesuaian budaya. Panitia juga turut mengundang perwakilan BPK Wilayah VII, Gubernur Lampung, serta Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, menunjukkan bahwa acara ini mendapat perhatian yang cukup besar dari berbagai pihak.
Lomba ini menawarkan hadiah dengan nilai yang cukup menarik. Juara 1 mendapatkan Rp 1.000.000, Juara 2 Rp 750.000, Juara 3 Rp 500.000, Juara 4 Rp 300.000, Juara 5 Rp 200.000, dan Juara 6 Rp 150.000. Selain hadiah uang, para pemenang juga mendapat trofi dan sertifikat. Karya terbaik akan diterbitkan dalam e-book antologi berjudul “Ngighau Sastra, Nyimah Budaya 2025”, yang memungkinkan karya peserta dibaca oleh masyarakat luas secara digital.
Melalui acara ini, diharapkan semakin banyak pelajar yang tertarik menulis dan membaca dalam bahasa Lampung. Lebih dari sekadar kompetisi, kegiatan ini menjadi momen penting untuk mengembalikan bahasa daerah ke ruang-ruang kreatif, terutama di tengah dominasi bahasa asing di kalangan generasi muda. Acara ini membuktikan bahwa budaya lokal bukan sesuatu yang kuno, tetapi bisa dikemas menarik dan relevan untuk generasi masa kini.***














